RSS

Pendidikan dan Keluarga:(Peranan Orangtua (keluarga) terhadap Pengaruh Media Televisi pada Anak)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Ia merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi dan masyarakat sehingga kemajuan suatu bangsa ditentukan pula oleh pembinaan anak dalam keluarga. Dalam konteks pendidikan, keluarga berperan sebagai tempat pembinaan akhlak anak, pembinaan intelektual, pembentukan kepribadian.
Pembinaan akhlak dan kepribadian merupakan satu kesatuan utuh yang dilakukan melalui contoh dan teladan dari orangtua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Pada tahap ini anak merupakan individu yang sedang melakukan imitasi (meniru) dari perilaku orang-orang dewasa dan lingkungannya. Peran keluarga pada tahap ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap persepsi dan psikologis anak. Sementara peran intelektual dalam keluarga berupaya untuk meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial karena manusia yang berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah
Namun tidak semua keluarga menjalankan peran tersebut. Kesibukan dan aktivitas orang tua terkadang mengalihkan peranan mereka sebagai figur yang dominan dengan keluarga. Selain itu tingkat pendidikan orang tua pun turut menentukan kualitas mendidik. Terutama pemahaman mereka terhadap media hiburan seperti Televisi yang saat ini merupakan media populer yang turut mempengaruhi karakter anak terutama dalam hal pendidikannya. Televisi telah menjadi "agama baru" yang khotbahnya didengar dengan penuh keharuan dan disaksikan penuh hikmat oleh jemaat yang lebih besar daripada jemaat mana pun.
Menurut data penelitian di Amerika Serikat, anak usia satu tahun yang mengonsumsi televisi selama tiga jam sehari dapat stimulus berlebihan. Hal ini mengakibatkan anak terganggu konsentrasinya dan tidak fokus saat mengerjakan sesuatu, melahirkan sifat agresif atau impulsif, termasuk mengikuti adegan-adegan berbahaya di televisi. Selain itu, data statistik Amerika Serikat menyebutkan bahwa sampai tamatan SMA telah menghabiskan waktu sekitar 15.000 jam untuk menonton televisi. Jumlah waktu tersebut lebih banyak daripada waktu yang digunakan untuk kegiatan apa pun kecuali tidur. Di Indonesia, anak rata-rata menonton televisi selama 3 jam sehari maka dalam setahun ia sudah menghabiskan waktu sekitar 1.095 jam. Apabila sejak umur 4 atau 5 tahun sudah mulai menonton, maka pada waktu ia lulus SMA, sama seperti di Amerika, ia juga sudah menghabiskan sekitar 15.000 jam untuk menonton televisi.
Lukman Hakim (http://lukmannulhakim.multiply.com/journal/item/11) mengungkapkan bahwa ”dari penelitian terhadap 260 anak-anak sekolah dasar di Jakarta, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) membuktikan, televisi ternyata medium yang banyak ditonton dengan alasan paling menghibur”. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan acara anak-anak di seluruh televisi swasta hanya 32 jam dari kebiasaan anak-anak Indonesia menonton selama 68 jam dalam sepekan. Ini berarti selama 36 jam anak-anak menonton acara televisi yang sebenarnya tidak pantas ditonton oleh mereka. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak tidak mungkin diisolasi dari tayangan televisi. Sifat audio visual yang melekat pada televisi sangat efektif dalam merekam kejadian, peristiwa atau khayalan sehingga kekuatan mengingat dapat mencapai 50%.
Dengan demikian, televisi menjadi media aktif dalam mempengaruhi pikiran anak. Ini dapat berdampak positif maupun negatif. Bagi media pembelajaran televisi dapat berperan positif yang dapat memberikan pesan-pesan edukatif dalam aspek kognitif, apektif, ataupun psikomotor. Pesan-pesan instruksional seperti percobaan di laboratorium, teknik close-up, penggunaan grafis atau animasi, sudut pengambilan gambar, teknik editing, serta trik-trik lainnya dapat menimbulkan kesan tertentu sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Media televisi dapat berpengaruh negatif ketika anak berada pada posisi pasif dan tidak kritis, hanya menerima pesan televisi sehingga apa yang ia tonton dianggap sebagai kewajaran, karena pada usia dini anak belum memiliki batasan nilai. Akibatnya ia akan meniru apapun yang ditayangkan oleh televisi termasuk tontonan yang bermuatan kekerasan. Hal ini akan berdampak pada pembentukan perilakunya di masyarakat. Maka menurut penulis, peran orang tua dalam menyikapi hal ini sangatlah penting. Pendidikan anak dalam keluarga adalah lebih utama dalam mentransformasikan nilai-nilai sosial dan pendidikannya. Anak ibarat kertas putih yang dapat ditulisi dan diwarnai dengan warna apapun tergantung kita yang mewarnainya.
Dengan demikian, beberapa hal yang telah diuraikan diatas menjadi daya tarik penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai ”Pendidikan dan Keluarga:Peranan Orangtua (keluarga) terhadap Pengaruh Media Televisi pada Anak”.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan pendidikan dalam keluarga ?
2. Bagaimana hubungan pendidikan dan keluarga?
3. Bagaimana peranan orangtua (keluarga) terhadap pengaruh media televisi pada anak?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan secara umum, yaitu:
1. Mendeskripsikan peranan pendidikan dalam keluarga.
2. Mendeskripsikan hubungan pendidikan dan keluarga.
3. Mendeskripsikan peranan orangtua (keluarga) terhadap pengaruh media televisi pada anak.

1.4 Sistematika Penulisan
`Hasil dari kajian ini akan disusun kedalam empat bab yang terdiri dari Pendahuluan, Landasan Teoritis, Pembahasan dan Kesimpulan. Adapun fungsi dari pembagian ini bertujuan memudahkan penulis dalam mensistematisasikan dalam memahami penulisan.
Bab 1 Pendahuluan.
Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di dalamnya berisi penjelasan mengapa masalah yang dikaji muncul dan penting serta mengenai alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Pada bab ini juga berisi perumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teoritis
Bab ini memaparkan landasan teori yang penulis anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji yaitu mengenai ”Pendidikan dan Keluarga.
Bab 3Pembahasan
Pendidikan dan Keluarga
Bab ini merupakan isi utama dari tulisan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Hubungan Pendidikan dan Keluarga serta mengangkat Peranan Orangtua (keluarga) terhadap Pengaruh Media Televisi pada Anak.
Bab 4 Kesimpulan.
Bab ini mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban serta analisis penulis terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari kajian. Hasil akhir ini merupakan pandangan serta interpretasi penulis mengenai inti dari pembahasan. Pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya.


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik. Apabila diberi awalan me-, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Chulsum dan Novia, 2006: 195). Menurut UU no.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Landasan Pendidikan, 2007: 215).

2.2 Pengertian Keluarga
Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Sementara satu keluarga dalam bahasa Arab adalahal-Usrohyang berasal dari kata al-asruyang secara etimologis mampunyai arti ikatan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga adalah orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah; bapak besarta ibudan anak-anaknya; satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat (Chulsum dan Novia, 2006: 360).

2.3 Bentuk-bentuk Keluarga
Goode (dalam http://notok2001.blogspot.com) dapat mengklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk-bentuk keluarga:
1) Keluarga nuklir (nuclear family) sekelompok keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum memisahkan diri membentuk keluarga tersendiri.
2) Keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing istri dan suami.
3) Keluarga pangkal (sistem family) yaitu jenis keluaarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki yang lainnya.
4) Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya

2.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga, Menurut WHO (1978 dalam wordpress.com) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan;
b) Memelihara dan membesarkan anak;
c) Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga;
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga;
2) Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman;
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga;
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga;
d) Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak;
b) Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak;
c) Meneruskan nilai-nilai keluarga;
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
b) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki;
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa;
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.


BAB 3
PENDIDIKAN DAN KELUARGA

3.1 Hubungan Pendidikan dan Keluarga
Keluarga sebagai persekutuan hidup adalah lingkungan pendidikan yang pertama, dasar alasannya itensitas dan tanggung jawab pendidikan yang diemban dan dilaksanakan orangtuanya yang disebut tanggungjawab yang kodrati.
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Anak menurut kamus Sosiologi adalah sesseorang yang menurut hukum mempunyai usia tertentu, sehingga dianggap hak dan kewajibannya terbatas pula (Soekanto, 1983).
Anak sejak lahir dan ketika masih kecil berada dibawah pengaruh orangtuanya. Pengaruh orangtuanya tersebut membawa garis pembimbing hidup yang salah satunya menentukan bahagia atau tidaknya seseorang dalam hidupnya.
Oleh karena itu, para orang tua harus betul-betul membina anak-anaknya sehingga menjadi anak yang sholeh yang pada akhirnya terbentuklah keluarga sakinah yang bisa mengantarkan kepada terbentuknya negara yang sejahtera.
Adapun hubungan pendidikan dan keluarga dapat dilihat melalui beberapa hal dibawah ini yaitu sebagai berikut:
1) Pembinaan Akidah dan Akhlak
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola bagi mereka.
2) Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memgang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial.
3) Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi dukungan kepribadian yang baik bagi anak didik yang relatif masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.

3.2 Peranan Pendidikan dalam Keluarga
Keluarga amat sangat berperan terhadap pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat melalui peranannya yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai peletak dasar filsafat hidup dan keagamaan
2. Keluarga sebagai pembentu watak, moral dan kepribadian
3. Sebagai agen pendidikan ekonomi
4. Sebagai agen sosialisasi: penghubung mereka dan masyarakat
5. Sebagai agen pendidikan politik.
6. Keluarga berperan sebagai pelindung dan pendidik anggota-anggota keluarganya.
7. Sebagai pendidik orangtua memegang peranan penting sebagai penyambung, pemyaring dan penafsir kehidupan masyarakat dan kebudayaan terhadap anaknya. Peranan tersebut, dapat dirinci sebagai berikut:
a. Sebagai jembatan yang menghubungkan dunia anak dan dunia dewasa
b. Menghubungkan anak dengan dunia nilai dan dengan masyarakatnya
c. Sebagai pengamat sifat dan perkembangan anak
d. Memonitor dan mengawasi kelangsungan pendidikan, mengadakan dan melengkapi dana dan fasilitas
8. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki;
9. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa;
10. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Adapun keluarga yang salah satu fungsinya seperti yang dikemukakan Melly Rifa’i (Abdulhak, 1998:191) sebagai pendidik anak, yaitu bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak, shingga pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga tersebut. Pendidikan dalam keluarga meliputi berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani, akhlak, agama dan sopan santun. Sedangakan fungsi keluarga sebagai sosialisasi anak, yaitu mendidik anak dengan harapan mengembangkan prinsip sosialitas dalam rangka mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3.3 Tujuan Pendidikan dalam Keluarga
Orangtua merupakan pendidik dan guru pertama dan terutama bagi seorang anak, sehingga pendidikan bagi seorang anak diawali dengan pendidikan melalui keluarga..
Adapun tujuan pendidikan keluarga menurut Kartini Kartono (Abdulhak: 1998), yaitu sebagai berikut:
1. Peghormatan dan kepatuhan pada orangtua yang akan menjadi basis kepatuhan pada kewibawaan dan kekuasaan formal ditengah masyarakat.
2. Pencapaian kesejahteraan lahir bathin bagi segenap anggota keluarga sekarang dan masa yang akan datang.
3. Membangkitkan kecerdasan/intelektual, loyalitas keluarga, solidaritas, kolektivitas/kegotongroyongan familial diantara segenap anggota keluarga untuk menghadapi pengaruh-pengaruh eksternal yang sering mengganggu integritas keluarga .

3.4 Peranan Orangtua (keluarga) terhadap Pengaruh Media Televisi pada Anak
3.4.1 Dampak Televisi terhadap anak
Televisi merupakan benda yang hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan sudah menjadi kebutuhan sekunder. Dengan adanya TV masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan hiburan dengan tayangan-tayangan yang disajikan. Bagi anak-anak TV dapat menjadi penambah pegetahuan dengan menyaksikan tayangan pendidikan. Media pembelajaran televisi dapat berperan positif yang dapat memberikan pesan-pesan edukatif dalam aspek kognitif, apektif, ataupun psikomotor. Pesan-pesan instruksional seperti percobaan di laboratorium, teknik close-up, penggunaan grafis atau animasi, sudut pengambilan gambar, teknik editing, serta trik-trik lainnya dapat menimbulkan kesan tertentu sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan Namun pada kenyataannya, anak-anak lebih suka menonton film kartun dan sinetron dibandingkan dengan menonton tayangan pendidikan. Dari TV anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan, bahkan termasuk yang belum layak mereka tonton, mulai kekerasan dan kehidupan seks dan memberikan banyak dampak negatif terhadap anak-anak, seperti:
1. Maraknya iklan berbagai produk yang melebih-lebihkan keunggulan produk yang tidak sesuai dengan kenyataannya dapat menyebabkan anak menjadi konsumtif.
2. Menurut Elly Risman, tayangan TV mempengaruhi perkembangan kecerdasan, kemampuan berpikir dan imajinasi anak yang disebabkan kehadiran dua stimulus terus-menerus melalui bunyi dan gambar.
3. Banyaknya film kartun yang tidak layak disaksikan oleh anak-anak karena banyak memberikan penggambaran mengenai kekerasan fisik, kekuatan gaib atau mistik, serta penggambaran nilai dan moral yang tidak eksplisit. Film kartun tersebut 84% merupakan film kartun Jepang. Dalam sebuah artikel disebutkan beberapa judul film kartun yang tidak layak disaksikan oleh anak-anak, seperti: Shaman King, Samurai X, Super Gals, dan Hunter X Hunter karena dinilai mengandung materi tidak layak bagi penonton anak-anak. Selain itu film Spongebob Squarepants juga merupakan film yang tidak layak bagi anak-anak karena dianggap terlalu banyak menampilkan kekerasan dan bahasa kasar yang bersifat merendahkan orang lain dan masih banyak lagi film kartun yang tidak layak disaksikan oleh anak-anak.
4. Dengan kebiasaan banyak menonton TV tanpa kontrol, mata anak akan mudah lelah. Kelelahan ini akan mempengaruhi fisik anak secara keseluruhan, sehingga menyebabkan ia malas melakukan banyak hal seperti belajar, bermain, olah raga dan dapat mengurangi konsentrasi anak.
5. Dr. Endang Darmoutomo, MS, SpGK, mengungkapkan kecenderungan menonton TV terlalu lama akan meningkatkan angka obesitas pada anak-anak. Pasalnya selama menonton TV anak lebih banyak ngemil dan tidak melakukan aktivitas olah tubuh.
6. Hanya dari menonton televisi saja otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dari kesempatan berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu TV bersifat satu arah, sehingga anak kehilangan kesempatan mengekplorasi dunia tiga dimensi serta kehilangan peluang tahapan perkembangan yang baik.

3.4.2 Peranan Orangtua (keluarga) untuk membentengi Pengaruh Negatif Media Televisi pada Anak
Secara umum, orang tua memegang peranan penting sebagai penyambung dan penafsir kehidupan masyarakat dan kebudayaan terhadap anaknya. Anak mempelajari status sosialnya dalam lingkungan keluarganya melalui perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orangtuanya. Ketidakberdayaan anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang disekitarnya (Soelaeman: 1994). Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja, lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak.
Disadari atau tidak, media televisi sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter kepribadian anak. Media televisi yang selalu menyuguhkan tayangan-tayangan hiburan selama 24 jam telah membuat anak-anak kian konsumtif terhadap suguhan-suguhan yang dihadirkannya. Padahal, salah satu peran media adalah sarana informatif bagi anak untuk menambah wawasan dan pengetahuannya. Kini, media televisi telah merasuki sebagian besar anak-anak baik itu yang bersifat positif maupun negatif.
Terkadang stasiun televisi kurang memperhatikan jam penayangan. Padahal jam-jam pagi, siang dan sore merupakan waktu yang sering dipakai anak dalam menonton TV. Oleh karena itu, untuk menenkan hal-hal negatif dan menumbuhkan hal-hal positif dari media televisi perlu bimbingan dari orangtua sebagai lingkungan pendidikan pertama.
Adapun peranan orangtua terhadap pengaruh media pada anak, khususnya untuk membentengi pengaruh media televisi terhadap anak adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kesiapan anak untuk menyeleksi dan menangkap pesan ynag disampaikan media massa itu, mana yang patut dan mana yang tidak layak diterimanya
2. Berperan sebagai penafsir pesan-pesan tersebut melalui pemberian beberapa catatan dan interupsi, menerima dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pembicaraan, diskusi yang mungkin dilaksanakan pada saat menonton bersama secara santai.
3. Memberdayakan posisi orangtua dan anak dalam interaksi dengan media televisi. Misalnya, dengan menumbuhkan sikap kritis terhadap media televisi.
4. Mendampingi anak saat menonton televisi. Hal ini untuk memberikan bimbingan orangtua terhadap konsumsi hiburan yang ditonton anak di televisi.
5. Mengusahakan agar media televisi hanya menjadi bagian kecil dari keseimbagan hidup anak. Yang penting, anak-anak mempunyai cukup waktu untuk belajar, bermain, beribadah, beristirahat dan menikmati aktifitas bersama keluarga.
6. Tidak membiarkan anak untuk terlibat lebih mendalam dengan televisi, karena anak akan menjadi lebih sulit melepaskan dunia hiburan dari hidupnya.
7. Mengikutsertakan anak dalam membuat batasan-batasan, seperti menetapkan apa, kapan dan seberapa banyak acara televisi yang ditontonnya. Ini bertujuan agar anak menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan alternatif bukan kebiasaan.
8. Orang tua harus mengetahui acara televisi yang akan ditonton anaknya. Usia dan kedewasaan anak harus dijadikan pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan menonton televisinya.
9. Sering mengadakan acara keluarga untuk meningkatkan intensitas komunikasi keluarga yang sehat.
10. Mendisiplinkan anak sedini mungkin, terutama pada anak yang sudah sekolah, misalnya menonton TV setelah selesai belajar dan tidak lebih lama dari belajar.
11. Jadikan hobi anak sebagai suatu kegiatan orang tua-anak yang potensial.
12. Melatih kepekaan anak sedini mungkin, dalam membedakan pengertian antara kebutuhan dan keinginan, dan membiasakan anak-anak untuk menghargai barang miliknya sehingga tidak muncul kebiasaan baru, yaitu suka berganti-ganti barang atau merek dengan fasilitas yang bervariasi. Hal ini juga dimaksudkan untuk menangkal pengaruh persuasif dari media lain selain televisi (majalah, koran dan sebagainya).


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan. Keluarga sebagai jalur pendidikan informal dan lingkungan pendidikan pertama yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter, moral dan kepribadian anak. Hal tersebut menjadikan keluarga harus mampu memainkan peranannya dalam mendidik anak untuk membentuk generasi masa depan yang berkualitas.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengaruh-pengaruh yang membentuk kepribadian dan karakter anak selain lingkungan keluarga. Seiring pesatnya globalisasi, pengaruh media menjadi salah satu bagian dari lingkungan yang tak dapat dielakkan. Televisi merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap pembentukkan moral dan kepribadian anak. Banyak sekali anak yang berlama-lam menghabiskan waktunya didepan televisi.
Tayangan-tayangan televisi kerapkali berbau negatif dan tak sesuai dengan perkembangan anak dan tak layak untuk dikonsumsi anak-anak. Oleh karena itu, keluarga dalam hal ini orangtua, dituntut untuk dapat mendampingi dan memberikan bimbingan pada anak saat menonton televisi. Orangtua harus turut membantu menyeleksi bagian-bagian yang positif dan negatif dari tayangan tersebut. Keluarga dalam hal ini, berperan sebagai pendidik terhadap pengaruh media televisi pada anak.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I, et al. (1998). Landasan Sosiologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Bahri-Djamarah, S. (2004). Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga-Sebuah Persfektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Nasution. (1983). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Perquin-Russen. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan. Bandung: Jemmars.
Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pngantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soekanto, S. (1983). Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali.

Sumber Internet:
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf (06 Mei 2009).
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-424000128313 kritis_tv-conclusion.pdf (06 Mei 2009).
Daftar Referensi
Chulsum, Umi., Novia, Windy. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Yoshiko Press.
Subkoordinator MKDP Landasan Pendidikan. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung: UPI:
____. (2007). Pendidikan Dalam Keluarga [Online]. Tersedia: http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html. [6 Mei 2009].
____. (___). Definisi keluarga [Online]. Tersedia: http://72.14.235.132/search?q=cache:8-dQ7gO043kJ:creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf+definisi+keluarga&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. [6 Mei 2009].









________________________________________

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar