RSS

Efektifitas Rumah Pintar dalam Proses Pembelajaran Anak Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung)

A. Judul

Efektifitas Rumah Pintar dalam Proses Pembelajaran Anak Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung).

B. Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu target pembangunan di Indonesia. Pemberdayaan masyarakat harus dikembangkan dan didukung oleh semua pihak. Pemberdayaan tersebut dapat dilaksanakan dalam berbagai sektor terutama sektor pendidikan. Melalui pemberdayaan pendidikan diharapkan nantinya masyarakat dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya.

Pemberdayaan pendidikan harus dilakukan pada semua jenjang usia, terlebih pada masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa yang paling potensial untuk membangun potensi manusia. Masa ini merupakan masa terjadinya pembentukan sel-sel otak yang berfungsi mengembangkan berbagai kecerdasan. Demikian penting hal tersebut seharusnya lingkungan memberi yang terbaik untuk berkembangnya berbagai kecerdasan yang dimiliki anak. Hadirnya program Rumah Pintar merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu masyarakat yang sulit dijangkau karena letak geografis dalam memperoleh pendidikan dan informasi terutama di beberapa daerah Indonesia.

Program Rumah Pintar merupakan program layanan pendidikan non formal dilakukan melalui penyediaan sarana pembelajaran pada suatu daerah yang pernah didatangi oleh Mobil Pintar atau Motor Pintar sebagai tindak lanjut kemandirian suatu daerah tersebut. Dirancang dengan strategi pembelajaran yang penuh makna dan menyenangkan bagi peserta didik khususnya anak usia 4-15 tahun. Walaupun Rumah Pintar merupakan layanan pendidikan non formal tetapi untuk pengajaran bagi anak tidak boleh sembarangan, yang harus diajarkan tidak hanya pembelajaran yang diajarkan dalam bentuk ilmu pengetahuan tetapi harus diajarkan pula psikologi pendidikan bagi anak. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang menjadi peserta didik Rumah Pintar merupakan anak-anak korban bencana alam.

Seperti yang terjadi di Desa Cibodas beberapa tahun yang lalu telah terjadi bencana longsor yang berakibat puluhan rumah warga hancur serta beberapa sekolah rusak parah. Dampak dari itu semua adalah beberapa anak harus putus sekolah dikarenakan sekolah mereka dianggap sudah tidak layak untuk mengadakan pendidikan secara formal. Melihat kondisi tersebut, beberapa relawan yang tergabung dalam Indonesia Pintar yang bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) berusaha untuk lebih mengoptimalkan keberadaan Rumah Pintar yang telah ada di daerah tersebut sejak tahun 2006 untuk memfasilitasi anak-anak korban bencana longsor.

Namun keadaan Rumah Pintar tersebut masih kurang dalam segi sarana dan prasarana serta proses pembelajarannya. Dari sanalah kami ingin agar Rumah Pintar di Cibodas ini benar-benar menjadi Rumah Pintar yang sangat mendukung untuk proses pembelajaran anak-anak korban bencana alam dengan materi dan pembelajaran serta kurikulum yang pasti sehingga anak-anak di sana dapat terus sekolah seperti di sekolah-sekolah formal.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana konsep tentang Rumah Pintar di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu?

2. Bagaimana bentuk kurikulum yang digunakan Rumah Pintar yang ada di desa tersebut?

3. Bagaimana proses pembelajaran yang digunakan Rumah Pintar Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu?

4. Sejauh manakah tingkat keberhasilan Rumah Pintar di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu?

D. Tujuan

Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang efektivitas Rumah Pintar di Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu dalam proses pembelajaran terhadap anak korban bencana alam.

2. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

E. Luaranan Yang Diharapkan

Ada pun luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah :

1. Anak korban longsor di Desa Cibodas dapat belajar seperti pada sekolah formal dan dapat mengembalikan kondisi psikologis anak pada kondisi sebelum kejadian bencana tersebut.

2. Menambah fasilitas yang diperlukan, karena masih sangat kurang di Desa Cibodas.

3. Menjadikan Rumah Pintar sebagai tempat yang mendukung untuk menuntut ilmu dan bermain.

F. Kegunaan

Manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, dengan disusunnya penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala dalam ilmu pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan baik secara formal maupun informal.

2. Secara praktis, dengan disusunnya penelitian ini diharapkan adanya perhatian yang lebih dari berbagai pihak, baik dari Pemerintah Pusat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, Pemerintah Desa serta masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

G. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Rumah Pintar

Rumah Pintar adalah tempat berkumpul dan berkreasi anak-anak desa khususnya pasca bencana alam. Program Rumah Pintar ini adalah program pengembangan dari program Mobil Pintar yang sudah lebih awal kehadirannya. Layanan program Rumah Pintar dilakukan oleh beberapa Tutor atau relawan yang dibantu astor dari masyarakat setempat. Tutor dan Astor adalah orang yang telah memiliki pemahaman yang utuh terhadap program Rumah Pintar.

Di sinilah mereka bisa mendapatkan pendidikan di luar sekolah dengan program “belajar sambil bermain”. Anak-anak di Rumah Pintar mendapat bimbingan beragam pelajaran dan pelatihan, diantaranya, pelajaran bahasa Inggris, komputer, seni tari, seni panggung, dan kriya. Pembimbing mereka adalah para relawan dari berbagai kalangan, mulai dari warga setempat, sampai pelajar dan mahasiswa. Siapa saja yang ingin belajar dan berkreasi di Rumah Pintar tidak dipungut biaya (gratis). Rumah Pintar adalah salah satu sarana bagi masyarakat sekitar untuk mengembangkan potensi dan kearifan local yang mereka miliki.

Program Rumah Pintar di Desa Cibodas ini difokuskan dalam bidang pendidikan non-formal bagi anak-anak yang putus sekolah akibat korban bencana longsor yang terjadi di daerah Cibodas Kecamatan Pasirjambu serta bertujuan untuk meningkatkan income generate masyarakat. Tujuan dari program ini diantaranya:

1. Memfasilitasi belajar di luar sekolah;

2. Mengoptimalkan potensi anak dalam pembelajaran;

3. Membantu program pemerintah dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui pemberantasan buta huruf, lifeskills dan penguasaan information and communication technology.

Sasaran dari program Rumah Pintar warga masyarakat di Desa Cibodas adalah ;

1. Anak usia dini (4 - 11 tahun);

2. Remaja (12 - 18 tahun).

1.1. Program Layanan

Program layanan yang dicanangkan adalah program pembelajaran, pengembangan program dan recruitment, training, administrasi & manajemen dengan pengurus lokasi adalah :

1. Layanan pembelajaran bagi anak 4 – 11 tahun dan bagi anak 12-18 tahun

2. Layanan perpustakaan bagi warga masyarakat;

3. Layanan edukasi pengasuhan dan kesehatan bagi masyarakat;

4. Rumah Pintar beroperasi pada hari Selasa-Minggu, jam 09.00- 16.00 atau dapat disesuaikan;

5. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi pada setiap programnya.

1.2. Mekanisme Pelayanan

Mekanisme pelayanan yang dilakukan di Desa Cibodas adalah sebagai berikut :

1. Dibuat dalam 2 kategori anak usia dini dan anak sekolah;

2. Peserta datang, didaftar oleh tutor;

3. Memberikan peserta kesempatan untuk bereksplorasi sejenak, sambil menunggu teman-temannya;

4. Tutor memberikan arahan;

5. Tutor melakukan pengamatan untuk memetakan kebutuhan peserta;

6. Apabila peserta sudah fokus, tutor membimbing belajar;

7. Selesai program belajar maka dilakukan review kembali kemudian diberi reward kecil / sederhana.

1.3. Rincian Tugas bidang SDM Koordinator Lokasi/ Tutor

1. Merencanakan struktur operasional kerja Rumah Pintar;

2. Membuat rencana pembiayaan operasional;

3. Melaksanakan kegiatan administrasi secara keseluruhan;

4. Melakukan evaluasi kegiatan asisten tutor;

5. Bertanggung jawab terhadap proses kegiatan pembelajaran;

6. Membuat laporan kegiatan berkala.

1.4. Asisten Tutor

1. Merencanakan proses pembelajaran;

2. Mengelola kegiatan pembelajaran;

3. Melaksanakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran;

4. Bertanggungjawab terhadap kondisi rumah dan peralatan;

5. Memeriksa dan memelihara koleksi buku dan peralatan pendukung seperti: komputer, TV dll;

6. Melaporkan hasil kegiatan.

1.5. Pertimbangan Kebutuhan Sarana

Pertimbangan kebutuhan sarana yang seharusnya ada di Cibodas diantaranya, buku, program VCD, program CD interaktif, alat permainan edukatif, peralatan elektronik, lokasi dan pengoperasian, penyimpanan, perawatan dan perbaikan peralatan.

1. Sarana dalam Rumah Pintar berorientasi pada program pembelajaran untuk mengoptimalkan lifeskills;

2. Kegiatan anak yang dapat difasilitasi menggunakan Rumah Pintar meliputi: membaca buku, membaca dan menonton secara interaktif melalui layar TV atau komputer, menonton VCD secara pasif melalui layar monitor, bermain dengan berbagai alat permainan, bermain peran dan berkesenian di panggung serta berapresiasi menonton kegiatan di panggung mini;

3. Sarana dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan jenis: 1). Buku (literasi), 2) CD Interaktif menggunakan program komputer, 3) Alat Permainan Edukatif, 4) Panggung Mini bersama dengan program VCD.;

4. Ukuran ruang dari setiap unit Rumah Pintar.

2. Bentuk Kurikulum Rumah Pintar

Bentuk kurikulum dalam pembelajaran Rumah Pintar tidak hanya pembelajaran pengetahuan tetapi pempelajaran secara psikologi. Kurikulum yang dipergunakan lebih didekatkan pada kurikulum pembelajaran keadaan di sekitar, seperti kurikulum dalam mengurangi resiko longsor dan kurikulum dalam menanggulangi longsor. Pembelajaran ini dibuat agar anak mengerti,mengetahui, serta faham akibat-akibat yang terjadi terhadap lingkungan hidup.

Bentuk kurikulum yang diajarkan hampir sama dengan kurikulum-kurikulum standar Nasional. Namun ada kelebihan yang dimiliki dalam kurikulum Rumah Pintar ini, yakni lebih diarahkan untuk penanggulangan kepada bencana alam. Seperti pelajaran IPA, IPS, Bahas Indonesia dan Penjaskes yang lebih diarahkan pada penanggulangan bencana. Dan kurikulum ini difokuskan untuk 2 kategori yaitu anak usia 4-11 tahun dan anak usia 12-18 tahun atau siswa kelas VII,VIII,IX.

Untuk anak usia 4 -11 tahun kurikulumnya disesuaikan dengan dengan keadaan dan pembelajaran dilakukan sambil bermain. Untuk 12-18 tahun ada materi khusus karena sudah beranjak dewasa. Materi pembelajaran adalah bahan yang dipergunakan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi yang tertuang didalam standar isi pendidikan.

Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Relevansi

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi lain.

2. Prinsip Konsistensi

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3. Prinsip Kecukupan

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikut ataupun tidak boleh terlalu banyak. Materi pembelajaran tentang pengurangan resiko bencana dapat mencakup tiga ranah sekaligus yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

4. Ranah Kognitif

Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian.

5. Ranah Psikomotorik

Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin dan rutin.

6. Ranah Afektif

Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

Identifikasi materi pembelajaran tentang pengurangan resiko kebakaran mempertimbangkan hal-hal berikut ;

1. Potensi peserta didik;

2. Relevansi dengan karakteristik daerah;

3. Daerah dengan karakteristik rawan bencana dalam menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap materi pembelajaran sesuaidengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan kompetensi dasar;

4. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik;

5. Kebermanfaatan bagi peserta didik;

6. Struktur keilmuan;

7. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

8. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

9. Materi pembelajaran yang relevansi dan dibutuhkan serta sesuai dengan tuntutan lingkungan didaerah rawan bencana dapat dimasukan kedalam silabus yang disusun;

10. Alokasi waktu.

Materi Pembelajaran Pengurangan Resiko Longsor Untuk Setiap Jenjang Kelas VII,VIII,IX

Materi Pembelajaran

Kelas

- Teori Longsor

- Mengenali sumber-sumber atau penyebab terjadinya Longsor

- Tindakan penyelamatan diri

- Memahami tanda tertentu yang ditetapkan sebagai tanda evakuasi apabila terjadi longsor.

- Penolongan pertama (P3K) pada korban longsor.

VII

- Pencegahan Longsor

- Menghindari atau mencegah terjadi Longsor

- Tindakan penyelamat diri

- Melakukan perintah evakuasi secara benar

- Pengobatan terhadap korban Longsor

- Pertolongan pada luka

VIII

- Prinsip pertolongan longsor

- Memahami dampak terjadinya longsor

- Membantu korban longsor

- Menyelamatkan dirinya sendiri dan orang lain keluar dari daerah longsor

- Membantu korban longsor

- Membuat dapur umum

IX

Sebelum pendidikan pengurangan resiko bencana longsor diberikan kepada siswa di sekolah, perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu sikap-sikap dan perilaku yang bagaimana diperlukan dan harus dimiliki siswa untuk mengurangi resiko terjadinya korban bencana longsor.

Indikator sikap dan perilaku siswa yang diperlukan untuk menngurangi resiko atau dampak bencana longsor dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Kelas

Materi Pembelajaran

Indikator Perilaku Siswa

VII

- Teori Longsor

- Mengenali sumber-sumber atau penyebab terjadinya longsor

- Pengertian Longsor

- Pengertian tanah

- Terjadinya longsor

- Jenis-jenis perpidahan tanah

- Klasifikasi jenis tanah

- Tindakan penyelamatan diri

- Memahami tanda tertentu yang ditetapkan sebagai tanda evakuasi apabila terjadi longsor.

- Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan longsor pada gedung

- Pengurangan resiko bencana

- Pemeliharaan/perawatan

- Latihan pemeliharaan lahan dan evaluasi.

- Penolongan pertama (P3K) pada korban longsor

- Tindakan evakuasi

VIII

- Pencegahan longsor

- Menghindari atau mencegah terjadinya longsor

- Penghijauan

- Identifikasi bahaya yang dapat megakibatkan longsor

- Penilaian resiko

- Pemeliharaan/perawatan

- Evakuasi

- Rencana tindakan keadaan darurat (RTDK)

- Tindakan penyelamat diri

- Melakukan perintah evakuasi secara benar

- Menyelamatkan diri dari longsor di rumah

- Pengobatan terhadap korban longsor

- Pertolongan pada luka timbun

- Pengobatan korban longsor

IX

- Prinsip penghijauan

- Memahami dampak terjadinya longsor

- Sumber lonngsor

- Prinsip penanganan longsor

- Tindakan penyelamatan dari longsor

- Menyelamatkan diri sendiri dan orang lain keluar dari daerah longsor

- Menyelamatkan diri dari longsor

- Menyelamatkan diri dari longsor di rumah hunian

- Membantu korban longsor membuat dapur umum

- Membuat dapur umum

- Mendirikan tenda

- Menggalang sumbangan dana

Pendekatan kegiatan belajar mengajar haruslah dilakukan dengan menggunakan suatu metode supaya pembelajaran dapat dipahami oleh anak, diantaranya yaitu dengan cara menggunakan metode yang menyenangkan dan sebisa mungkin menggunakan media visual (gambar).

1. Mempraktekan secara langsung karena pengalaman praktek biasanya membekas diingatan dan bisa langsung dipahami oleh anak-anak;

2. Dilakukan pemeriksaan pemahaman dengan cara menanyakan langsung materi tersebut atau dengan menggunakan kartu permainan. ;

3. Memberikan tugas yang harus di rumah, yang memungkinkan anak bisa berdiskusi dengan anggota keluarganya;

4. Lakukan praktek simulasi berulang-ulang sehingga anak benar-benar paham dapat melakukan penyelamatan diri secara mandiri;

Pada pembelajaran ini media pembelajaran juga sangat diperlukan. Menurut Gerlach & Ery (1971) menyebutkan bahwa media merupakan:

Manusia, materi atau kejadian yang membanguan kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dari pengertian tersebut maka media pembelajaran sebagai alat penunjang yang sangat efektif untuk proses pembelajaran.

3. Proses Pembelajaran Rumah Pintar Di Desa Cibodas Kecamatan

Pasirjambu

Seperti kita tahu bahwa Rumah Pintar merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan. Rumah Pintar merupakan sebuah wadah yang tepat sebagai suplai pelengkap pendidikan anak di luar sekolah. Rumah Pintar menawarkan berbagai bimbingan belajar kepada anak yang membutuhkannya. Selain itu Rumah Pintar termasuk ke dalam kategori pengembangan diri. Pengembangan diri ini merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran.

Proses pembelajaran di Rumah Pintar hampir sama seperti kegiatan pembelajaran di sekolah, hanya saja di Rumah Pintar proses pembelajarannya lebih bersifat non formal. Rumah Pintar menawarkan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan sarat akan keakraban. Dalam pembelajarannya si anak boleh memilih dengan pengajar mana ia ingin memulai pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan demikian si anak akan lebih senang dalam melaksakan proses pembelajaran. Dan dalam pelaksanannya, bimbingan belajar Rumah Pintar lebih mengutamakan proses pembelajarannya, sehingga aspek psikologis pun ikut tersentuh.

Selain itu Rumah Pintar juga menawarkan berbagai bimbingan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga apabila si anak kurang paham mengenai materi apa yang diajarkan di sekolah maka ia bisa menanyakan atau berdiskusi dengan para pengajar yang ada di Rumah Pintar.

Rumah Pintar tidak hanya berfungsi sebagai sarana bimbingan saja. Tetapi juga Rumah Pintar memiliki fungsi-fungsi lainnya yang sudah tentu akan menunjang perkembangan anak, seperti

1. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi untuk mengembangkan kemampuan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

2. Fungsi sosial, yaitu fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

3. Fungsi rekreatif, yaitu fungsi untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

4. Tingkat keberhasilan Rumah Pintar di Desa Cibodas Kecamatan

Pasirjambu

Konsep pembelajaran yang digunakan adalah menyenangkan (joyfull learning) dan bermakna (meaningful learning) bagi Anak. Konsep pembelajaran yang dibangun berlandaskan pada bagaimana seharusnya anak belajar dan apa yang seharusnya dipelajari oleh anak. Menurut para ahli bahwa anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Melalui lingkungan ini lah anak berperan aktif dalam proses perkembangan dirinya, termasuk dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasainya. Proses belajar anak terjadi melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya. Berikut ini beberapa faktor yang mendukung terjadinya proses belajar pada anak:

1. Nyaman

Anak dapat belajar dengan baik apabila ia merasa nyaman dengan lingkungannya. Rasa nyaman bukan hanya karena ruangan yang sejuk melainkan bagaimana setiap anak merasakan bahwa ia ada di lingkungan yang dapat dipercaya, seperti yang mereka dapatkan di lingkungan keluarganya. Para ahli meyakini bahwa ada keterkaitan erat antara perasaan nyaman, diterima, dan dicintai dengan kemampuan anak belajar. Program berupaya menghadirkan rasa nyaman pada anak melalui para tutor dan astor yang memilki kepedulian dan rasa cinta terhadap anak-anak.

2. Siswa Aktif

Cara belajar terbaik yang dilakukan anak adalah mereka terlibat secara aktif. Pembelajaran pada anak merupakan proses hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan, dengan alat dan bahan bermain yang digunakan, dengan teman sepermainan, dan antara anak dengan pendidik atau orang dewasa yang ada di sekitarnya. Anak hendaknya diajak terlibat langsung menggunakan seluruh panca inderanya. Dengan demikian diharapkan akan tumbuh menjadi anak yang kritis, mandiri, serta memiliki motivasi belajar lebih baik.

3. Diulang-ulang

Kemampuan anak akan tercapai apabila diberi kesempatan untuk melakukan secara berulang-ulang dan teratur. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berulang akan memperkuat konsep, pengetahuan maupun keterampilan yang dikuasainya sehingga mencapai kematangan dan siap menjadi dasar bagi pengembangan kemampuan yang lebih tinggi. Kegiatan pembelajaran yang berulang-ulang diupayakan tidak membuat anak bosan dan tetap tertarik untuk terlibat di dalamnya. Karenanya pendidik dan tutor mopin selalu menyediakan berbagai variasi kegiatan main yang berbeda dengan tujuan yang sama.

4. Pengalaman.

Bagi anak bermain adalah belajar. Dalam bermain anak belajar melihat, mendengar, merasakan, menyentuh segala macam obyek yang ditemukannya. Kesemuanya itu membuka kesempatan bagi anak untuk menemukan dan mengembang kemampuan fisiknya, membangun hubungan dengan teman-teman dan orang di sekitarnya, mengembagkan daya imajinasi, pengembangkan fungsi psikologis yang meliputi: berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk keluar dari rasa ketakutan dan kecemasan, meningkatkan kemampuan pemahaman tentang sesuatu yang baru, meningkatkan keterampilan dengan menggunakan alat bermain. Pembelajaran yang bermakna tidak difokuskan untuk mengembangkan kemampuan salah satu aspek, melainkan mendukung perkembangan semua aspek secara utuh. Saat anak belajar tidak hanya bertumpu pada pengembangan kognitif, tetapi kemampuan kognitif dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan kematangan sosial, emosional yang lebih tinggi serta aspek lain secara holistik. Pengalaman bermakna terbangun apabila segala hal yang dipelajari anak terkait dengan kehidupannya, dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimilikinya sebelumnya.

5. Membangun pemahaman tentang dunianya sendiri.

Anak sebagai pembelajar aktif yang senantiasa merespon segala informasi yang dirasakan inderanya. Mereka melihat segala sesuatu sesuai dengan pikirannya yang kadang berbeda dengan pemikiran orang dewasa. Dengan pikirannya anak membangun pengetahuan dan pemahamannya tentang dunia.

6. Evaluasi pembelajaran yang menyenangkan.

Evaluasi dirancang untuk membuat anak merasa senang. Ada pun alat evaluasi yang digunakan adalah dengan menggunakan rubrik analitik. Rubrik adalah pedoman penskoran. Sedangkan rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana.

Dalam implementasinya, Rumah Pintar di Desa Cibodas menggunakan rubrik analitik dengan meminta siswa untuk menceritakan kembali (recall) materi yang telah disampaikan oleh tutor serta memberikan hikmah dari materi tersebut. Skor yang diberikan menggunakan model check list yang diberikan skor satu. Contoh rubrik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Task : Menceritakan kembali peristiwa dan hikmah.

Rubrik : Performance recall peristiwa dan hikmah

No

Nama Anak

Keriteria Yang Diukur

Nilai (beri ceck list)

Isi

Sebab

Dampak

Kelancaran

Sumber

Tertulis

Tak tertulis

Kronologis

Ya

Skor maksimal :6

Penghargaan dan hukuman (reward and punishment) memang perlu. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Begitu pula dalam pembelajaran di Rumah Pintar ini. Bentuk penghargaan apabila siswa mampu memenuhi kriteria yang diharapkan, maka siswa tersebut akan mendapatkan hadiah berupa alat-alat tulis, seperti pensil, buku dan lain sebagainya. Tetapi sebaliknya, jika siswa tersebut belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan, maka siswa tersebut akan diberikan hukuman yang mendidik, seperti menggambar dan bernyanyi. Dan semuanya itu sengaja dirancang agar siswa merasa senang dalam proses pembelajarannya.

Dengan konsep pembelajaran tersebut maka apabila diterapkan di Desa Cibodas belum sepenuhnya dapat terealisasikan dengan baik, banyak sekali yang harus dibenahi mulai dari kurikulum tempat rumah pintar dan juga kurangnya fasilitas yang memadai sehingga rumah pintar di Cibodas belumlah dapat berjalan dengan baik.

H. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dilakukan di dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data dengan observasi secara langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian.

Sebagai instrument dalam penelitian untuk mengumpulkan data yaitu peneliti sendiri sebagai instrument utama yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama, yang dapat menimbulkan pertanyaan baru yang tidak dikonsep karena pertanyaan muncul secara langsung pada saat melihat situasi dan kondisi yang ada.

I. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan beberapa cara yaitu ;

1. Teknik pengumpulan data secara primer

Teknik pengumpulan data secara primer dilakukan dengan menggunakan wawancara. Wawancara yang dilakukan meliputi wawancara bebas dan wawancara sistematik. Wawancara dilakukan pada Tutor/Relawan, masyarakat dan unsur pemerintah desa sebagai pengkoordinir jalannya kegiatan Rumah Pintar.

2. Teknik pengumpulan data secara sekunder

Teknik pengumpulan data secara sekunder dilakukan dengan menggunakan Observasi, Studi dokumentasi, Studi literatur.

a) Observasi

Dalam melakukan penelitian ini, observasi dilakukan dengan dua cara yaitu observasi pertisipasif dan observasi tidak langsung. Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana situasi dan kondisi di Rumah pintar di Desa Cibodas untuk menjalankan program pemerintah yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

b) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

c) Studi Literatur

Studi kepustakaan atau studi literatur adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku atau majalah-majalah yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.

J. Jadwal Kegiatan

Kegiatan penelitian dilakukan 2 (dua) kali dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Minggu, diawali pada bulan September sampai November 2010.

Bulan

Hari

Tanggal Pelaksanaan

September

Selasa

28 September

Oktober

Selasa

5, 12, 19, 26 Oktober

Minggu

3, 10, 17, 31 Oktober

November

Selasa

2, 9, 16, 23, 30 November

Minggu

7, 14, 21, 28 November

K. Rancangan Biaya

1. Kesekretariatan

Kertas HVS 10 rim

Rp. 700.000

Kertas A4 10 rim

Rp. 700.000

Tinta Printer 10 buah @50.000

Rp. 500.000

Buku Tulis 10 pak @ 50.000

Rp. 500.000

Tip Ex Botol 100 @ 6000

Rp. 600.000

Pensil 100 @4000

Rp. 400.000

Penghapus 100 @4000

Rp. 400.000

Bolpoint 100 @7000

Rp. 700.000

Plakat 3@ 100.000

Rp. 300.000

Jumlah

Rp. 4.800.000

2. Alat perlengkapan

Taplak meja 10 @ 25.000

Rp. 250.000

Kamoceng 10 @ 10.000

Rp. 100.000

Karpet 5@ 200.000

Rp. 1.000.000

Jumlah

Rp. 1.350.000

3. Dokumentasi

Cuci Cetak

Rp. 400.000

Frame

Rp. 300.000

Jumlah

Rp. 700.000

4. Lain-lain

Rp. 150.000 +

Jumlah Keseluruhan

Rp. 7.000.000

(Terbilang Tujuh Juta Rupiah)

L. Daftar Pustaka

Arends, R. I. (2007). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Ed. 7 Jilid 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad Azhar (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Asmawi, Z. dan Nasution. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Hart, D. (1994). Authentic Asesment: A Handbook for Educator. California: Addison Wesley Publishing Company.

Jannah, N. R. M. (2009). Draft Konsep Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana pada Satuan Pendidikan. Jakarta: Konsorsium Pendidikan Bencana.

Johnson, D.W. & Johnson R.T (2002). Meaningful Assesment. Boston: Allyn and Bacon.

Kadarsih, N. (2009). Modul Pelatihan Antisipasi Bahaya Longsor. Yogyakarta: Teknik Geologi Universitas Gajah Mada.

Nitco, A.J. & Hsu. T. (1996). Teacher’s Guide to Better Classroom Testing A Judgemental Approach. Jakarta: Madecor Career System dan Pusat Pengembangan Agribisnis Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Tayibnapis. F. Y (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS

Yusuf, Syamsu (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosadkarya

Sumber Internet

Abidin, M. Z. (2010) Pengertian Asesmen, Bentuk Asesmen dan Langkah Penerapan Asesmen [Online]. Tersedia: http://meetabied.wordpress.com/2010/01/14/pengertian-asesmen-bentuk-asesmen-dan-langkah-penerapan-asesmen/. [14 September 2010].

Danielson. (2006). A Collection of Performance Task And Rubriks[Online]. Tersedia: .http://www.assesment.com/Danielson/10/4/2006. [14 September 2010].

Gunawan, M. A. (2009). Performance Assessment [Online]. Tersedia: http://forumpenelitian.blogspot.com/. [14 September 2010].

Lusy. (2010). Asesmen Alternatif [Online]. Tersedia: http://lussysf.multiply.com/journal/item/239. [14 September 2010].

Mueller, J. (2010) Authentic Assessment Toolbox [Online]. Tersedia: http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/. [14 September 2010].

_____. (2008). Konsep Pembelajaran Rumah Pintar [Online]. Tersedia: http://www.indonesiapintar.or.id/index.php/Pembelajaran/Konsep-Pembelajaran/. [14 September 2010].

Wawancara

Sigit Ibrahim. Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, Ketua Rumah Pintar Cibodas (4 September 2010).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar