RSS

Merapi dan Petruk:
Analisis van Kendeng Terhadap Fenomena Munculnya Wajah Petruk Saat Merapi Meletus



Oleh:
Rifky Azhari


Dewasa ini mungkin anda sering mendengar kehebohan tentang munculnya wajah mbah petruk pada saat merapi meletus yang kesekian kali. Berbagai interpretasi pun bermunculan tentang munculnya fenomena tersebut. Ada yang mengatakan akan terjadi bencana alam di yogyakarta, ada yang berbicara tentang Yogyakarta yang menerima azab, dan lain sebagainya. Tapi tahukan anda tentang makna dibalik filsafat wayang petruk ini?

Machfoel (Amin, 2000: 179) menjelaskan bahwa Petruk dan ketiga punakawan lainnya merupakan figur nama yang tidak terdapat dalam epos Hindu Ramayana dan Mahabarata sebagai sumber cerita pewayangan aslinya. Munculnya figur tersebut adalah untuk mempragakan serta mengabadikan fungsi watak dan tugas konsepsi wali songo dan para mubhalig Islam.
Petruk ini adalah pengucapan lidah Jawa untuk menyebut kata Fatruk. Sudarto (Amin, 2000: 180) menjelaskan bahwa kata tersebut merupakan pangkal kalimat pendek dari sebuah wejangan tasawuf tinggi yang berbunyi: Fat-ruk-kulla maa siwallahi, yang artinya tinggalkan semua apapun yang selain Allah.
Suseno (Anasom, 2004: 85) menjelaskan Petruk dan ketiga Punakawan lainnya adalah sebagai pelindung dan pengantar bagi para Pandawa. Dalam diri mereka timbul suatu faham yang kuat dan mendalam di antara masyarakat Jawa bahwa rakyatlah yang merupakan sumber kebenaran dari kekuatan kesuburan dan kebijaksanaan, bukan semata-mata muncul dari lingkungan keraton.
Petruk dan ketiga Punakawan lainnya rela menjadi abdi yang rendah bagi para bendahara. Apabila seseorang tidak patuh terhadap nasihat dari Punakawan tersebut, maka biasanya seseorang tersebut akan mendapatkan bencana. Hal senada juga ditegaskan oleh Sudharto (Anasom, 2004: 85), yang menyatakan bahwa para bendahara sering tertimpa malapetaka apabila lupa akan apa yang sebenarnya mereka peroleh dari Punakawan tersebut.
Jika ditinjau dari makna dan isi seni wayang, jelas bahwa Petruk dan konco-konco-nya ini adalah bentuk lambang atau visualisasi dari ide masyarakat Jawa. Meraka menyadari bahwa sebetulnya manusia memerlukan pamong dalam perjalan hidupnya. Bukan kekuatan manusia yang menyelamatkan dan mendekatkan diri kepada Tuhan, melainkan atas bimbungan yang akhirnya berassal dari Tuhan juga. Keempat tokoh Punakawan ini menyadarkan kita bahwa manusia sebenarnya lemah dan memerlukan perlindungan. Tanpa bimbingan Tuhan, manusia akan tersesat.
Kembali lagi ke fenomena munculnya wajah Petruk pada saat Merapi meletus. Apapun interpretasi yang ada, yang jelas itu bukan suatu kebetulan belaka. Secara filosofi, Tuhan mungkin mengirimkan tanda untuk mengingatkan kepada manusia untuk tetap beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dari fenomena diatas, kita sebagai manusia juga harus memiliki kearifan dalam membaca tanda-tanda alam. Setidaknya, dalam ajaran Adiluhung Leluhur dijelaskan beberapa kearifan yang harus kita miliki ketika melihat tanda-tanda alam. Yaitu:
  1. Pasar Ilang Kumandange, kali Ilang Kedunge, Gunung Ilang Kukuse. Kalimat tersebut mengisyaratkan kita agar peka terhadap perubahan yang terjadi.
  2. Cakra Manggilingan, yang berarti kita harus waspada pada sebuah siklus perubahan, baik siklus perubahan yang terjadi di luar lingkuingan kita maupun siklus yang terjadi pada kehiduan kita sendiri.
  3. Eling Sangkan paraning Dumadi, Dengan kearifan ini, kita diingatkan untuk tetap mengingat Tuhan dalam keadaan apa pun.
  4. Jalma Tan kena Kinira, maksudnya kita boleh saja merasa benar akan pendapat kita. Tetapi jangan menjadi sombong dan takubur dengan merasa pendapat kita yang paling benar dan menutup mata, hati, dan pendengaran kita. Sehingga nantinya akan bermuara dengan memaksakan pendapat kita kepada orang lain yang belum tentu setuju dengan pendapat yang kita miliki.

SUMBER REFERENSI

Amin, D. (Eds). (2000). Islam & Kebudayaan jawa. Islam & Kebudayaan jawa. Yogyakarta: Gamma Media
Amrih, P. (2008). Ajaran Adiluhung Leluhur: Ilmu Kearifan Jawa. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Anasom (Eds). (2004). Merumuskan Kembali Interelasi Islam-Jawa.Yogyakarta: Gamma Media.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar